Wednesday, March 13, 2013

Teman, bagaimana kabarmu hari ini?

“Apa yang sudah aku putuskan ini benar Win.” Beberapa kali aku memutar ulang rekaman suara dalam memoriku. Dan yang ku ingat Winda menjawabnya dengan kalimat-kalimat brilian. “Tidak ada kebenaran yang mutlak di hidup ini May. Kamu hanya tinggal lupakan keputusan itu, maka kamu tidak akan menyesal.” Berkali-kali aku mencoba mencerna kalimat-kalimat itu. Dan kau tau Win, kau harusnya merasakan sendiri, tidak adil rasanya kalau kau hanya berteori. 

Sejak hari itu, aku memang melebur menjadi serbuk-serbuk halus yang terombang ambing, yang rapuh oleh gemuruh, bahkan bisa menghilang begitu saja hanya dengan satu tiupan sopan. Waktu tak merubah apapun. Aku masih saja menyalahkan waktu, padahal aku sendiri yang tak mau beranjak, aku sendiri yang lebih memilih berjalan mundur.
Waktu itu aku memang tak berfikir panjang mengambil keputusan, tapi seandainya pun hari ini aku masih belum memutuskan apa-apa, itu tidak akan merubah apapun. Tidak akan merubah ketidakpeduliannya padaku. 

“Tapi Win, aku boleh kan sesekali ingin tahu keadaannya?”
“Tentu saja boleh, aku akan dengan senang hati memberitahukannya padamu, atau mungkin kamu ingin bertanya langsung padanya.” Jawab Winda. Tentu saja tidak.
Aku tidak akan seberani itu bertanya langsung. Ada banyak hal yang tidak harus dilakukan dengan verbal, termasuk hal ini. Memang hanya sekedar bertanya kabar, namun semua itu akan dengan ajaib luruh tanpa meninggalkan kesan apapun. Dari pada begitu kan lebih baik aku menginvestasikan pertanyaan-pertanyaan itu dalam sebuah doa agar hasilnya berkali-ksli lipat. Ya aku selalu percaya akan keajaiban doa. 

Di tempatku, saat ini pukul 5 pagi. Ya ampun, aku tidak tidur semalaman ternyata. Bagaimana pula aku bisa tidur sementara bagian-bagian tubuh ini terpisah. Hatiku ada di setahun yang lalu saat aku menyadari ada hal yang tak biasa terjadi, otakku ada di sebulan yang lalu saat aku dengan setengah mantap menggenggam keputusan itu, tanganku menggapai-gapai harapan yang tergantung tinggi di atas sana, kakiku merangkak-rangkak mencari pembenaran atas keputusan yang telah aku buat. Tidak kompak dan sangat berantakan. Lantas bagaimana mungkin aku bisa tidur sementara bagian-bagian tubuh ini tak sinkron berfungsi. 

Embun pagi berkali mengetuk-ngetuk hati. Memamerkan butirannya yang bersih. Menorehkan satu kesan dibenakku bahwasanya hidup masih menawarkan kebaikan. Aku hanya perlu menciptakannya. Seperti embun yang tak perlu mencari kedamaian, karena ia menciptakannya sendiri dari bulir-bulirnya yang terjatuh sempurna. Akupun bisa terjatuh dengan indah bukan? Dan pagi seperti biasa tak pernah membawa kabar darinya.
Teman, bagaimana kabarmu hari ini?



No comments:

Post a Comment