Wednesday, March 13, 2013

Perempuan...

Kita hanyalah perempuan, yang terbelit banyak aturan. Maka sungguh, ada hal-hal yang tidak sepatutnya kita mulai kendatipun kita ingin, kendatipun kita tak sabar hati untuk memulai. Teman, aku bukan tidak paham dengam emansipasi, tapi aku hanya tidak ingin mengaplikasikan istilah itu dengan hal-hal berlebihan sehingga menjadi pembenaran dari perkara yang tidak sepatutnya kita lakukan. 

Kau tahu mengapa? Karena kehormatan adalah harga mati yang tak bisa di tawar-tawar lagi. Bahkan hal itu menjadi salah satu dari empat syarat seorang perempuan dapat menghuni tempat terindah-Nya. 

“Ah, kamu berlebihan.” Sanggahmu. Adalah hakmu menilai aku bagaimana. Namun, tak ada yang ku sesali dari sikapku. Kau tahu bukan, aku bahkan pernah menyiapkan sekian banyak burung-burung kertas yang nantinya akan menjadi simbol untukku menyatakan sesuatu. Namun Ia sungguh tak pernah datang terlambat untukku. Ia menghentikan burung-burung kertas itu di hitungan kesekian dan menyadarkanku bahwasanya ada hal-hal yang tidak seharusnya kita utarakan, sebut saja perkara hati. Dan kau tahu kelanjutannya bukan? Selang beberapa bulan, hal itu hanya menjadi kisah yang kadaluarsa. Aku tak lagi ingin mengutarakan, karena perkara hati itu sudah selesai. Maka beruntunglah aku teman. Bayangkan saja jika waktu itu aku nekat mengutarakan. 

Intinya, ini hanya tentang bagaimana kita bertahan. Aku mengerti sungguh berat bertahan untuk tidak mengungkapkan apa yang ingin kita ungkapkan. Terlebih jika kenyataan menghadirkan warna hitam pekat yang selalu membuat hati ini berkabung. Tapi teman, memutuskan untuk bertahan akan jauh lebih indah ketimbang beralibi akan emansipasi untuk mencari pembenaran. 

“Buktinya kamu sendiri tidak bahagia kan dengan pilihanmu untuk bertahan dan tetap diam?” Kau masih saja menyanggah. Tapi kau salah, aku bahagia dengan kebertahanan ini. Meskipun seringkali aku tak sabar hati, tapi dengan aku masih berada di tempat ini, itu artinya aku masih sanggup bertahan. 

Aku yakin, akan ada skenario terindah dari-Nya tanpa harus aku yang memulai. Pun seandainya skenario itu tidak pernah terjadi di dunia, kebertahanan itu akan menjadi skenario terindah saat kita pulang, saat tiba waktu kita kembali. 

Maka ya Rabb, janganlah biarkan kami resah akan skenariomu itu. Karena ada hal yang jauh lebih patut untuk kami resahkan, yakni ke tempat mana kami akan kembali. Biarkan kami tenggelam dalam penghambaan kami pada-Mu ya Rabb, agar kami mendapat tempat kembali yang indah. Aamiin…




No comments:

Post a Comment