Tuesday, April 30, 2013

Ingatan Tentang Kalian (Dee, 2006)

saat kita kembali dalam ranah yang kita sebut keabadian
aku bersemayam bersama ingatan tentang kalian
kuucap namamu satu demi satu
walau tiada aksara disana
walau tiada wujud yang serupa 
aku dan kalian menangis dalam belantara nama dan rupa
masihkah kau mengenali aku?
masihkah aku mengenalimu?
jiwa kita tertawa dan berkata
berjuta kelahiran dan kematian telah kita dayakan
hanya untuk tahu tiada kasih selain cinta
dan tiada jalinan selain persahabatan
karena darahku, nafasku, kulitku, dan tatap mukaku
kehilangan semua makna dan gunanya
jika tak ada engkau diseberang sana
karena darahku, nafasku, kulitku, dan tatap mukaku
kehilangan semua perjalanan dan tujuan
jika tak ada aku diseberang sini
inilah kenangan yang kusisipkan disela-sela mentari dan bulan
yang kelak mereka bisikkan saat kucari kalian
dalam belantara yang dinamai kehidupan
ingatan pertama dan terakhir
yang mengikuti saat aku terlahir
yang bersembunyi hingga kalian semua hadir
yang menemani saat udara mulai mengalir
cinta dan sahabat
sahabat dan cinta
itulah jiwa yang tepecah dengan sederhana
sisanya fana


*Tak sengaja membaca, tulisan ini mengingatkanku padamu, pada kalian, pada kita. Walaupun kini kita berjalan masing-masing, menulis kisah masing-masing. Semoga Allah senantiasa melindungi kita dimanapun kita berada, dan semoga kelak Ia mempertemukan kita kembali di kehidupan yang kekal..

Aamiin...

 

 

Monday, April 1, 2013

Delapan Puluh Dua Hari



Kita hanya terpisah delapan puluh dua hari, bukan bertahun-tahun dan ber kilo-kilo meter seperti hitungan lazim. Kalau tak percaya, lihat saja kalender lantas hitung dengan perspektif berbeda. Kita hanya terpisah delapan puluh dua hari bukan? Di jam ini. Di hari tanggal bulan dan tahun ini kita hidup bersama-sama. Hanya saja kita seperti dua buah mata, yang hidup bersama tapi tak pernah melihat satu sama lain, juga seperti sepasang telinga yang dekat namun tak bertemu satu sama lain. Itu sebabnya aku berkata bahwa kita hanya terpisah delapan puluh dua hari, karena aku dan kau sama-sama hidup di waktu yang sama, dan jarak tak akan pernah menjadi oposisi untuk menentang teori ini. 

Kalau begitu, adakah sebenarnya kita sangat dekat namun seperti sepasang telinga yang ditakdirkan untuk tidak pernah bertemu? Mungkin. Aku tak akan berkecil hati, karena kita hanya terpisah delapan puluh dua hari, kita tetap hidup bersama-sama hingga perpisahan yang semutlak-mutlaknya terjadi. 

Aku tak perlu lagi resah, karena jika Ia mengizinkan, kelak kita akan seperti sepasang tangan yang jika ingin bertepuk maka tak bisa dengan terpisah-pisah. Kita akan seperti sepasang paru-paru atau ginjal yang hanya akan berfungsi dengan sempurna jika bersama-sama dan berdampingan.

Kau tahu, bunga dan daun adalah kolaborasi yang serasi. Semoga kitapun bisa begitu, menjadi serasi karena ketaatan pada-Nya. Menjadi sebaik-baiknya kolaborasi dengan ridho-Nya. 

Aku tahu, aku tak berhak menerka-nerka. Namun, ketika entah karena apa cita-cita ini sampai padamu. Tak ada salahnya kan aku sedikit berharap?